Sukari Darno, Figur Guru Pantang Menyerah (3)
Diremehkan, Mulai Terpikir untuk Kuliah
Catatan: Eko Prasetyo
Di SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Sukari kini menjabat sebagai koordinator ITC. Namun, jabatan itu tidak datang seketika. Kemauan untuk belajar, kemampuan, dan kemajuanlah yang membuat mantan Pak Bon tersebut dinilai mampu mengemban amanah tersebut.
----------
Hari-hari menjadi Pak Bon atau petugas kebersihan sekolah dilewati Sukari dengan senang hati. Tak sedikit pun dia mengeluh. Tidak pula dia merasa malu hanya karena bekerja menyapu dan membersihkan ruang kelas.
Atas permintaan Kepala SMP Muhammadiyah 1 Gresik waktu itu, Muchtamil Pranoto, Sukari menyambi bekerja membersihkan kelas di SMP Muhammadiyah. Termasuk, menata buku di ruang lab komputer SMA Muhammadiyah 1 Gresik, tempat Muchtamil mengajar komputer.
Dari situ, Sukari mulai rajin mempelajari segala hal tentang komputer. Di mana ada waktu luang, di situlah laki-laki asli Jombang tersebut memanfaatkan untuk membaca buku komputer.
Rutinitas sebagai Pak Bon tetap dilakukan, tapi belajar tetap jalan terus. Doyan membaca buku. Inilah yang membuat Sukari cepat memahami ilmu komputer saat dia mulai mempraktikkannya.
Boleh dibilang,Sukari awalnya belajar komputer secara otodidak. Setelah melahap bacaan buku komputer, dia mempraktikkannya setelah selesai bekerja.
Kendati lelah dan peluh mulai menyapa setelah bekerja seharian, semangat Sukari untuk membaca buku komputer tak kendur. Dia kian bersemangat ketika dapat menyalakan dan mematikan komputer setelah mempraktikkan beberapa perintah dasar
di buku. Dia melakukannya terus hingga hafal perintah dan tampilannya. Misalnya, perintah dir, del, ver, vol, dan lain-lain.
Ketika mulai pede (percaya diri) menggunakan komputer, Sukari memberanikan diri membeli buku Panduan WS 5.5 untuk belajar cara mengetik yang benar. Kegiatan belajar itu dihabiskan di ruang Pendidikan Komputer (Penkom) Perguruan Muhammadiyah Gresik. Semua itu terjadi sepanjang musim pada 1993.
Setelah dapat mengusai pengetikan dengan WS 5.5, Sukari mulai melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni belajar LOTUS 123. Pada materi tersebut, Sukari banyak dibantu oleh Muchtamil.
Suatu ketika, selepas Isya, Sukari dipanggil Muchtamil ke ruang Penkom untuk mengikuti ekstrakurikuler komputer di SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Sejak saat itu, setiap ada ekstrakurikuler komputer, Sukari diminta Muchtamil untuk mengikuti materi Lotus 123 versi 2.3.
Sukari kian bangga setelah diberi kesempatan oleh Muchtamil untuk mempelajari komputer baru generasi 486dx2 dengan RAM 64 di ruang kepala sekolah. Kebetulan komputer itu pun masih kinyis-kinyis alias baru. Ada selembar kertas bertulisan pesan di atas meja kepala sekolah tersebut. ”Buatlah belajar, asal jangan berikan perintah del *.* c:” Begitu bunyi pesan itu.
Dengan kepercayaan dari Muchtamil itulah, Sukari hampir tiap malam belajar setelah merampungkan tugasnya menyapu ruang kelas. Sukari pun tak segan bertanya kepada kepala SMP Muhammadiyah 1 Gresik itu jika ada hal yang tidak dipahami.
Sesekali, saat Muchtamil sedang memperbaiki komputer, Sukari mendekatinya. Rasa ingin tahu membawa Sukari ingin melihat lebih jauh tentang apa yang dilakukan Muchtamil. Muchtamil pun tak keberatan menerangkan satu per satu perangkat di CPU kepada Sukari. Muchtamil juga mengajarkan kepada Sukari cara memasang perangkat-perangkat tersebut.
Muchtamil menasihati Sukari bahwa belajar komputer ibarat ilmu katon atau didasarkan pada kepekaan indera. ”Jangan dipaksa kalau nggak bisa. Dalam ilmu komputer itu, ada dua pilihan, on off atau 1 dan 0. Kalau nggak bisa masuk, dibalik, begini caranya,” pesan Muchtamil kepada Sukari sambil mempraktikkan cara mengoperasikan komputer.
Muchtamil menjelaskan beberapa hal tentang perangkat komputer seperti hard disk dan prosesor dan cara pemasangannya.
”Ayo, sekarang kamu coba,” kata Muchtamil menyemangati Sukari.
”Oh, ternyata mudah ya, Pak,” ujar Sukari kepada Muchtamil.
Dari situ, Sukari mulai tertarik dengan dunia komputer dan segala aksesorinya.
Pada pengujung 1993, menjelang semesteran, Muchtamil mendadak memanggil Sukari. Semula Sukari menyangka bahwa dirinya diminta untuk membelikan rokok. ”Maklum, Pak Tamil –sapaan Muchtamil Pranoto– saat bekerja di depan komputer pasti ditemani rokok,” tutur Sukari.
Ternyata, dugaan Sukari keliru. Dia diminta untuk melanjutkan pekerjaan Muchtamil. ”Ri, tolong bantu aku memasukkan nilai. Aku mau salat Asar dulu,” kata Sukari menirukan ucapan Muchtamil yang kini sudah tidak merokok lagi. Tanpa berpikir panjang, Sukari langsung mengiyakan.
Tanpa disadari, ada salah sesorang wakil kepala SMP Muhammadiyah 1 Gresik yang melihat Sukari tengah mengetik untuk memasukkan nilai tersebut. Wakil kepala sekolah itu tampak tidak berkenan dengan kehadiran Sukari.
”Hei Ri, kamu bisa komputer ta, kok duduk di situ?” tegur wakil
kepala sekolah tersebut dengan nada sinis.
”Ya bisa, Pak. Kalau nggak bisa, masak saya duduk di sini,” sahut Sukari ringan.
Terkesan diremehkan, Sukari kemudian menyampaikan hal yang baru saja dialaminya kepada Muchtamil. Namun, Muchtamil justru memberi respons enteng. ”Lha wong Pak Bon saja mau belajar, masak nggak ada guru yang mau belajar meski saya sudah mati-matian menyuruhmereka belajar,” jawab Muchtamil.
”Masak kepala sekolah sendiri yang harus memasukkan nilai ke komputer? Tenaga TU pun tak mau belajar Lotus. Maunya WS melulu. Biar mereka tahu bahwa Pak Bon saja bisa kalau mau belajar,” lanjut Muchtamil.
Setelah kejadian itu, mulai tebersit di benak Sukari untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi alias kuliah. Namun, dia terkendala masalah biaya. Impian untuk kuliah pun untuk sementara harus dikubur dulu ”Kerja dulu. Kerja dulu,” begitu Sukari menghibur dan menyemangati diri. (bersambung) .
Post a Comment